AIR MATA DI PELABUHAN BAKAUHENI

 

Air Mata di Pelabuhan Bakauheni

 

Embun, sosok seorang gadis berusia 24 tahun, ia memiliki hobi menulis dan bercita-cita ingin menjadi seorang dosen, hal itulah yang membuat dirinya berambisi untuk melanjutkan pendidikan sampai ke jenjang S3. Embun memiliki keyakinan bahwa kesempatan untuk sukses bukan hanya untuk orang kaya, tetapi sukses adalah hak setiap orang yang mau berusaha menggapainya. Setelah memperoleh gelar sarjana dan lulus dengan IPK Cumlaude. Embun belum bisa langsung melanjutkan pendidikan magister nya karena ia merasa kasihan jika harus dibiayai oleh kedua orang tuanya yang bekerja sebagai petani kopi. Lagi pula, saat menempuh pendidikan sarjananya ia sudah mendapatkan beasiswa. Jadi, kenapa tidak jika jenjang magister nya juga dengan beasiswa.

Langkah awal untuk mewujudkan cita-citanya sebagai dosen, ia mulai dengan menjadi guru di salah satu SMA swasta di kota tempat ia tinggal. Walaupun bukan berlatar belakang sarjana pendidikan semangat Embun tidak pernah padam untuk selalu belajar dan mengajarkan ilmu dan nilai-nilai kehidupan kepada orang lain. Embun juga berkeyakinan dengan menjadi seorang guru bisa mengasa kemampuannya dalam menyampaikan materi dan belajar menguasai kelas dan semua itu akan menjadi bekal untuk mempersiapkan dirinya menjadi dosen di masa depan nanti. Tak terasa sudah satu tahun Embun menjadi sosok seorang guru, sudah cukup banyak pengalaman yang ia dapatkan. Namun, ia tidak larut dengan kenyamanannya menjadi seorang guru. Semangat bergelora untuk mewujudkan mimpinya meraih beasiswa jenjang magister masih tertanam kuat di hatinya.

Tepat bulan Juli 2019 kabar yang Embun nanti-nantikan akhirnya dirilis secara resmi. ”Kabar apakah itu” ? kabar tentang pembukaan beasiswa jenjang magister dan doctoral, dengan hati yang sangat senang ia menyambut kabar baik tersebut. Beberapa syarat untuk bisa mendaftar beasiswa tersebut sudah ia persiapkan dari jauh-jauh hari, seperti essay rencana studi, surat rekomendasi dari dosen, dan yang paling menantang bagi Embun adalah syarat kemampuan berbahasa inggris yang dibuktikan dengan skor toefl.

Selama satu tahun Embun berusaha untuk memahami materi tes tersebut. Ia belajar dari youtube, e-book, sampai membeli bukunya. Niat dan keinginan Embun sebenarnya ingin mengambil kursus belajar toefl, tapi apalah daya honor yang ia terima setiap bulan tidak mencukupi untuk langsung ngambil kursus tersebut. Selama satu tahun Embun menyisihkan sedikit demi sedikit honornya setiap bulan untuk bisa mengambil kursus toefl. Kalian pasti tahu, untuk bisa kursus toefl dan tes toefl memerlukan anggaran yang tidak sedikit. Sekali tes pun belum tentu bisa mencapai skor toefl yang ditargetkan.

Dua bulan sebelum pendaftaran beasiswa ditutup, Embun akhirnya membongkar tabungan persiapannya untuk mengikuti les dan tes toefl dan syukur alhamdulillah nominal tabungannya mencukupi untuk mengambil kursus selama satu bulan. Tak pernah sekali pun ia absen hadir mengikuti les toefl. Pagi, siang, sore, dan malam pun ia belajar toefl dengan serius dan gigih karena bisa atau tidaknya ia mendaftar beasiswa magister tergantung dari nilai skor toefl. Sebelumnya, sudah beberapa kali ia mengikuti tes toefl hanya saja masih belum mencapai target yang dibutuhkan, dan untuk kali ini Embun benar-benar mengerahkan seluruh tenaganya untuk bisa mencapai puncak keberhasilan.

Waktu yang menegangkan bagi Embun akhirnya harus ia hadapi, dengan segala usaha dan doanya ia berharap agar tes toeflnya kali ini bisa berhasil. Dua jam setengah waktu yang dihabiskan untuk menjawab setiap soal tes. Rasa gugup, cemas, dan tegang sesekali menghinggapinya, tapi ia mencoba menepis dengan doa dan harapannya. Selepas mengerjakan tes toefl, hal yang bisa Embun lakukan hanya berpasrah kepada Sang Semesta.

Satu minggu kemudian, ia mendapat kabar bahwa hasil tes toeflnya sudah keluar, dengan hati yang dag...dig..dug ia segera membuka aplikasi ojek online untuk mengantarkannya ke tempat pengambilan hasil tes toefl. Sesampai di depan pintu masuk, tiba-tiba langkah kaki Embun melambat, ia tidak siap menerima kenyataan jika skor toeflnya lagi-lagi tidak sesuai harapan. Embun pun memutar balik badannya, dan sejenak ia duduk di bangku luar. Ia menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya, sembari berkata “Embun kamu hebat, kamu sudah melakukan yang terbaik, jika kamu gagal, setidaknya kamu sudah berjuang”. Akhirnya, dengan rasa percaya diri, ia masuk menuju ruangan dan mengambil hasil tesnya. Setelah mengambil hasil tes, ia pulang kerumah dengan hati yang penasaran. Setelah sampai di rumahnya, ia duduk di teras depan rumahnya.

Pelan-pelan ia buka amplop berwarna cokelat yang isinya adalah hasil tes toeflnya. Pelan-pelan ia tarik kertas hasil tesnya, dan apa yang terjadi ? Embun meneteskan air mata, kedua telapak tangannya menutupi pipinya yang basah dengan air mata, karena pada akhirnya setiap kesungguhan dan kerja kerasnya untuk mendaftar beasiswa dapat terkabul. Iya, kali ini skor toefl Embun sesuai dengan target yang dibutuhkan untuk mendaftar beasiswa. Rasa syukur dan bahagia menggema dihatinya. Ternyata memang benar bahwa sebuah proses tidak akan pernah mengkhianati hasilnya.

Satu minggu sebelum penutupan pendaftaran beasiswa Embun telah merampungkan seluruh berkas-berkas persyaratannya, dengan rasa percaya diri ia memastikan bahwa dirinya akan lolos tahap administrasi. Satu bulan menunggu, akhirnya hasil tes administrasi diumumkan, segera Embun membuka akun calon penerima beasiswa magister, dan ternyata memang benar, ada tulisan berwarna hijau yang menandakan bahwa ia lolos tahap administrasi dan di undangan untuk tahap substansi. Rasa senang dan syukur terlibat sekali di bola mata Embun.

Kabar baik ini, ia sampaikan kepada seluruh anggota keluarganya dan tentu semua keluarganya ikut merasakan kebahagiaan Embun. Satu minggu sebelum tes substansi beasiswa, Embun meminta izin kepada kedua orang tuanya untuk berangkat ke pulau jawa tepatnya ke Sleman Jogyakarta. Di sanalah lokasi tes substansi beasiswa yang ia pilih. Pemilihan lokasi tersebut karena hanya di sanalah Embun memiliki kenalan yaitu sahabat semasa ia masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas.

Untuk pertama kali dalam hidupnya Embun berpergian jauh, menyeberangi pulau. Ada rasa gugup menyelimuti hatinya, tetapi karena tekad yang kuat untuk meraih cita-citanya ia menepis segala keraguan di hati. Perjalanan pertamanya ke Pulau Jawa ia tempuh dengan menggunakan transportasi darat yaitu bus. Perjalanan dari kota asalnya menuju Yogyakarta membutuhkan waktu tiga hari tiga malam, waktu yang cukup panjang untuk menikmati sebuah perjalanan.

14 Oktober 2019 Pukul 03.15 bus yang ditumpanginya tiba di pelabuhan yang menghubungkan antara Sumatera dan Jawa, ya benar sekali ! itu adalah pelabuhan Bakauheni. Embun pun terbangun dari tidurnya karena mendengar suara keramaian. Ia membuka mata lebar-lebar, bibirnya tersenyum manis karena melihat indahnya pelabuhan Bakauheni di tengah malam. Setelah bus yang ia tumpangi berhasil mendarat ke badan kapal, seluruh penumpang keluar dari dalam bus menujuh lantai dua kapal untuk mencari tempat beristirahat.

Embun yang baru pertama kali menaiki kapal very sangat terkagum-kagum melihat besarnya kapal very dan luasnya pulau tanpa bertepi. Penuh dengan rasa penasaran, Embun menuju lantai tiga kapal, semakin tinggi semakin nampak luasnya pulau dan semakin terasa dinginnya angin malam berhembus. Sesekali Embun menatap indahnya langit di sepertiga malam yang dihiasi kerlap-kerlip bintang. Tak terasa Embun meneteskan air mata tanda rasa syukur kepada Sang Semesta, ia berkata dalam hatinya “ Terima kasih Sang Semesta karena aku bisa menginjakkan kaki di sebuah kapal yang besar menyeberangi luasnya pulau untuk berjuang menggapai cita-cita. Tolonglah, aku Sang Semesta agar pulang dengan membawa keberhasilan, Aamiin”.

Tanggal 21 Oktober 2020 pukul 08.00 Embun berkaca sembari merapikan pakaian hitam putihnya, lalu ia menarik nafas dalam-dalam untuk menenangkan diri karena pukul 10.00 ia akan mengikuti tes substansi beasiswanya di BKN Yogyakarta. Pukul 09.00 Embun tiba di lokasi tes nampak ramai sekali orang berbaju hitam putih berlalu lalang. Setelah menuju  meja panitia untuk menandatangani absen, Embun duduk manis di dekat ruangan tesnya sambil membaca buku kumpulan soal-soal prediksi tes beasiswa. Kegelisihan sesekali menghampiri-nya. “Hasbunallah wanikmal wakil nikmal maula wanikman nasir” itulah kata-kata yang ia ucapkan dalam hati tak kalah kegelisihan menghampirinya.

Jam sudah menunjukkan pukul 10.00 itu artinya seluruh peserta tes beasiswa memasuki ruangan tes lalu duduk sesuai dengan nomer peserta. Tes pun dimulai, Embun membaca setiap soal dengan konsentrasi tingkat tinggi. Ia memulai menjawab soal-soal yang ia anggap cukup mudah untuk dijawab. Tak terasa lima menit lagi waktu untuk mengerjakan soal-soal akan berakhir dengan rasa yakin atas jawabannya Embun akhirnya mensubmit jawabannya, dan seketika skor hasil tes substansi beasiswanya pun langsung keluar.

Tidak lama kemudian, bel tanda tes telah selesai seluruh peserta meninggalkan ruangan. Embun mengambil tas dan handphonenya yang dititipkan kepada panitia. Telapak tangan Embun sangat dingin, bola matanya berkaca-kaca, jantungnya berdegup dengan kencang. Ia melangkah dengan cepat untuk menuju tempat parkiran, di sana ternyata Monic, sahabatnya sejak SMA telah menunggu untuk menjemput Embun.

 Monic tersenyum kepada Embun dari kejauhan. Embun langsung berlari menuju sahabatnya itu dan langsung memeluknya. Embun menangis terseduh-senduh karena ada tulisan berwarna merah di layar komputernya saat ia mensubmitnya jawabannya tesnya. Iya, Embun dinyatakan gagal. Skor nilai tes substansinya tidak memenuhi standar kelulusan. Embun menangis, ia terduduk lemas, sambil berkata “Aku gagal, aku telah gagal, aku gagal”. Monic hanya terdiam, sambil memeluk dan mengusap air mata Embun. “ Tidak ada yang sia-sia, aku sudah melihat bagaimana perjuanganmu , bagaimana kesungguhanmu untuk mengikuti tes beasiswa ini, kamu tetap yang terbaik” itulah kata-kata yang dilontarkan Monic untuk menenangkan Embun.

Sesampai di kostsan Monic, Embun langsung menelpon kedua orang tuanya, sambil menangis dan menahan rasa sesak di hati, ia memberi tahu bahwa ia telah gagal. Hati orang tua mana yang tidak merasa teriris mendengar tangisan anaknya yang terseduh-seduh. Wajar saja jika, orang tua Embun ikut menangis. Embun sangat terpukul atas kegagalannya, ia telah berusaha dengan sangat maksimal tetapi hasilnya tidak sesuai dengan harapan. Hanya kurang satu soal lagi agar skor tesnya bisa memenuhi kriteria kelulusan, dan hal itulah yang membuat hatinya semakin sesak.

Keesokan harinya Embun memutuskan untuk segera pulang, hatinya masih terpukul atas kegagalannya ditambah lagi ia harus berpisah  dengan sahabatnya. Embun memeluk Monic, sambil mengucapkan terima kasih karena Monic telah banyak membantu dirinya. Bus dari stasiun Jombar Yogyakarta menuju Kota Palembang pun berangkat. Di sepanjang perjalanan, selama tiga hari tiga malam, perasaan Embun masih terpukul. Air matanya sering kali membasahi pipinya. Untuk kedua kalinya, ia menyeberangi pulau di pelabuhan Bakauheni dengan rasa dan suasana yang berbeda. Rasa hati yang sesak dan Suasana cerah yang membuat embun dapat melihat dengan jelas luasnya hamparan perairan yang ditemani pulau-pulau kecil yang indah.

Embun menaiki lantai tiga kapal, ia memandangi dengan jelas pemandangan alam disekitarnya, ia merasakan sejuknya angin, sesekali ia menatap indahnya langit biru. Lagi dan lagi embun meneteskan air mata, ia menangis pelan-pelan dengan derai air mata yang lebih deras. Ini bukan air mata tanda bahagia atas keberhasilannya. Ini adalah air mata kekecewaan yang terdalam, air mata yang seakan-akan menceritakan betapa sesak hatinya, betapa malunya ia membawa kegagalan. Terlintas dipikirannya kenapa tuhan memberikan kegagalan kepada dirinya yang  telah berjuang  dengan sungguh-sungguh.

Matanya telah membengkak dan memerah karena menangis. Embun mulai lelah dengan rasa kecewa di hatinya. Sekali lagi, ia pandangi langit biru, lalu Embun mengusap air mata di pipinya, bibirnya berusaha untuk tersenyum, kedua tangannya mengusap air mata di pipinya. Lalu ia berkata “Embun terima kasih ya kamu telah berjuang dengan sangat baik, kamu hebat telah sampai pada titik ini, kamu memang gagal, tapi bukankah kegagalan ada jalan untuk mendapatkan kesempatan yang lebih baik, tidak mungkin Tuhan yang maha baik membuatmu menangis tanpa ada rencana yang besar untuk membahagiakanmu”. Setelah mengucapkan itu Embun mencoba untuk terseyum manis dan berjanji sesampai dirumah nanti ia akan membuka lembaran baru dan terus berjuang untuk menggapai mimpinya. Embun berusaha untuk menguatkan hati, ia selalu berusaha untuk berprasangka baik atas ketetapan Sang Semesta, dan mencoba untuk ikhlas dan berlapang dada.

Air mata yang jatuh di Pelabuhan Bakauheni menjadi saksi atas kesungguhan seorang anak muda yang berjuang untuk meraih cita-citanya. Pelabuhan Bakauheni menjadi kenangan dimana seorang anak muda belajar untuk selalu menguatkan hati dan terus berjuang menggapai cita-citanya.

 

 

 

 

 

 


Comments

Popular posts from this blog

“Apa makna sukses bagi dirimu ?”

GURU KEHIDUPAN