GURU KEHIDUPAN
Sebelum menjadi seorang
guru, saya pernah menjadi seorang pelajar. Jika saya tarik memori saat saya
masih menjadi seorang pelajar, lalu memori tersebut saya kombinasikan dengan
masa kini saat saya menjadi seorang guru, ada sebuah makna yang bisa saya pelajari,
“terkadang memori yang melekat dalam
ingatan seorang murid sampai ia dewasa bukanlah tentang materi pelajaran yang
pernah diajarkan guru, tetapi yang diingat dan dikenang murid adalah motivasi,
afirmasi positif, moment khusus, dan inspirasi yang diberikan oleh guru untuk
muridnya baik secara kolektif ataupun personal”.
Saya ingat sekali tahun
2010, saat saya masih sekolah kelas X (sepuluh) disalah satu sekolah swasta
terbaik di Kota Palembang, saya memiliki seorang guru kimia namanya Pak Nandar
beliau sosok seorang guru yang disiplin, benar-benar menguasai materi kimia,
dan memiliki ekspresi wajah yang bisa dibilang memancarkan aura “killer”.
Setiap mata pelajaran kimia jantung saya berdebar, telapak tangan saya dingin, seketika
saya menjadi tegang karena saya takut
jika disuruh maju mengerjakan soal ke papan tulis apalagi secara mendadak karena jujur saja sedari SD saya tidak
menyukai mata pelajaran menghitung, sehingga sulit sekali bagi saya untuk
memahami materi yang memiliki unsur rumus dan angka.
Suatu hari pernah Pak Nandar
mengadakan UH (Ulangan Harian) secara mendadak, kami hanya diberikan waktu 10
menit untuk membaca kembali catatan pelajaran sebelumnya. Saya ingat sekali
saat itu yang saya rasakan risau, bingung, dan banyak sekali materi kimia yang
jujur saja tidak saya pahami, mau bertanya dengan teman sebangku rasanya malu, sudah
terlalu sering meminta dia menjelaskan kembali materi kimia yang tidak saya pahami.
Tidak terasa waktu 10
menit sudah berlalu, tentu saja waktu itu tidak cukup bagi saya untuk memahami
sekaligus menghafal rumus-rumus kimia. Saat UH berlangsung isi kepala saya
berpikir keras sampai mumet dan
rasanya seperti kepala saya berasap-asap. Sampai pada akhirnya, saya hanya
mengerjakan soal semampunya lalu pasrah pada hasilnya. Tibalah bel sekolah
berbunyi menandakan pergantian jam pelajaran, rasanya lega sekali setelah jam
pelajaran kimia berakhir meskipun masih terpikir separah apa nilai saya nanti.
Saat jam istirahat, Pak Nandar menghampiri
kelas kami membawa kumpulan kertas jawaban UH kimia tadi dan benar saja saya
hanya mendapatkan nilai 50, teman sebangku saya mendapatkan nilai 70, dan
banyak teman-teman sekelas lainnya yang mencapai KKM (Kriteria Ketuntas
Minimal). Melihat kenyataan tersebut saya merasa sedih sekaligus malu setiap
kali tidak tuntas dalam ujian.
Setelah pulang sekolah
dengan perasaan berkabung seperti biasa saya mampir dulu ke perpustakaan
sekolah, kali ini diperpustakaan sekolah saya tidak mencari buku tentang motivasi atau buku ilmu sosial yang saya cari
buku-buku tentang kimia, karena kali ini saya ingin mencoba memberikan
perhatian lebih kepada materi kimia yang belum saya pahami. Setelah menelusuri
rak-rak buku ada empat buku referensi kimia yang saya baca dan catat poin-poin pentingnya.
Saat sedang
serius-seriusnya mencoba mengerjakan latihan soal kimia saya terkejut dengan
sosok seseorang yang tiba-tiba berdiri di depan meja saya duduk. Saya arahkan
pandangan ke sosok seseorang tersebut betapa terkejutnya saya ternyata sosok
itu adalah Pak Nandar. Saya tersenyum kecil, sembari menyapa beliau dengan
suara lirih “Pak Nandar”. Beliau
bertanya “Sedang belajar kimia Ven,
materi mana yang belum dipahami, sini Bapak ajarkan ?”. Dengan perasaan
tegang, saya menyebutkan materi yang belum saya pahami, perasaan saya bertambah
tegang saat Pak Nandar menyeret kursi untuk duduk di samping saya.
Tibalah saatnya waktu belajar bernuansa privat
dimulai, saat proses belajar berlangsung ada perbedaan yang saya rasakan,
biasanya saya merasakan atmosfir tegang kini beralih lebih santai. Pak Nandar
mengajari saya dengan pelan dan sabar disertai dengan kalimat motivasi yang
masih saya ingat sampai saat ini “kamu
pasti bisa, kalau kamu tekun dan rajin belajar”. Mendengar kalimat tersebut
seperti menjadi obat bagi perasaan saya yang sedang berkabung karena tidak
tuntas di UH kimia pagi tadi.
Diakhir belajar materi
kimia, Pak Nandar memberikan saya uang, tentu saja saya tolak dengan sopan,
tetapi Pak Nandar tetap memberikan uang tersebut sambil berkata “ambillah uang ini, dan jajanlah makanan yang
kamu suka”, sembari Pak Nandar siap-siap menuju pintu keluar perpustakaan, saya
pun mengucapkan banyak terima kasih kepada beliau. Langsung saja sebelum pulang
ke rumah, saya menuju kantin sekolah untuk membeli bakso bakar kesukaan saya.
Mengingat kembali
moment kebersamaan dengan Pak Nandar saat saya dewasa sekarang, saya baru
menyadari bahwa tindakan beliau memberi saya uang untuk jajan adalah sebagai self reward, istilah familiar yang
sering kita dengar saat ini. Dari tindakan beliau tersebut ada satu makna yang
saya pelajari, yaitu untuk membuat orang lain bisa menyadari bahwa dirinya
berharga salah satunya dengan cara memberikan apresiasi terhadap kebaikan sekecil
apa pun yang dilakukannya.
Tidak hanya itu, dari
tindakan Pak Nandar saya juga belajar untuk selalu memberikan apresiasi kepada
diri sendiri untuk selalu menyanyangi diri sendiri dengan segala kekurangan dan
kelebihannya, karena afirmasi positif itulah yang membuat kita sadar bahwa
dibalik kekurangan kita pasti tersimpan kelebihan jika kita terus berusaha menggali,
mengambil kesempatan, mengambil peran, serta tidak mudah berputus asa.
Setelah moment
diperpustakaan tersebut saya mulai berusaha membuka gembok ketidaksukaan
terhadap pelajaran berhitung dengan cara meluangkan waktu dan tenaga lebih
banyak lagi untuk belajar, seperi yang Pak Nandar katakan “jika saya rajin dan tekun pasti saya bisa”. Terhadap Pak Nandar,
saya juga sudah menetralkan hati untuk
tidak merasa takut atau tegang saat beliau mengajar dikelas karena seperti yang
sudah saya tahu beliau adalah sosok guru yang sabar dan peduli.
Memori tersebut masih
terekam jelas sampai saat ini, memori yang saya ingat bukan tentang rumus-rumus
kimia atau cara mengerjakan soal kimia, tetapi perlakuan yang dilakukan Pak
Nandar terhadap saya memberikan saya inspirasi. Beliau telah menanamkan nilai
yang menjadi prinsip saya untuk menghadapi kehidupan dunia yang keras ini untuk
selalu berusaha yang tidak mudah menyerah.
Sangat menyentuh hati saat membacanya.
ReplyDelete