Cerita Guru Pengabdi

Suatu ketika saat suasana sedang hening pernah suara hatiku berkata “Apakah suatu saat nanti hidupku akan berguna untuk orang lain” ? “Apakah aku bisa memiliki cerita kehidupan yang lebih bermakna agar di masa depan nanti dapat aku ceritakan dengan anak-anakku” ? ”atau hanya kehidupan runitas bekerja seperti ini saja yang bisa aku lakukan” ? Saat pertanyaan itu muncul di dalam benak terkadang membuat diri ini bingung untuk menjawabnya, ingin sekali rasanya memiliki kehidupan yang dapat membuat hidup orang lain berwarna, kehidupan yang menginspirasi, dan  kehidupan yang dapat menguatkan kehidupan orang lain.

 Untuk menjawab hal tersebut, saya mencoba melibatkan diri di beberapa komunitas relawan, saat itu entah mengapa saya tertarik dengan komunitas yang bergerak di bidang peduli pendidikan. Saat itu yang saya rasakan dengan peduli pendidikan dapat memberikan motivasi dan inspirasi untuk orang lain serta dapat berbagi sedikit ilmu yang saya miliki. Ada rasa kebahagiaan tersendiri setelah selesai mengajar dan bercerita bersama anak-anak jalanan di Kota Palembang yang haus akan ilmu. Anak-anak jalanan yang memberikan ruang kepada saya sebagai orang yang sangat mereka butuhkan adalah hal yang membuat hati ini sedikit dapat menjawab atas pertanyaan tentang makna kehidupan yang saya jalani. 

 Setelah beberapa tahun aktif sebagai relawan di komunitas pendidikan dan pada akhirnya saya memutuskan dan memberanikan diri untuk menjadi seorang guru, hal tersebut di mulai sejak saya semester 7 sampai tamat kuliah saya merasa nyaman berperan sebagai seorang guru. Walaupun Latar belakang pendidikan bukan guru dan pengalaman mengajar masih sangat kurang tidak menyulutkan kenyamananku untuk menjadi seorang guru.

Pengalaman mengajar di lembaga formal,pertama kali saya lakukan saat menjadi Tutor IPS dan Sosiologi di Bimbingan Belajar Primagama, selain itu saya juga sempat mengajar di salah satu sekolah swasta elit di Kota Palembang. Satu tahun mengajar di sekolah elit mengajarkan berbagai pengalaman, namun entah mengapa aku hanya merasakan seperti Pekerja Rutinitas, tidak ada hal yang bermakna mendalam yang saya rasakan saat itu.

Kegelisahan hati dalam memaknai kehidupan yang saya miliki, akhirnya di jawab oleh semesta alam. “Menjadi Seorang Guru Pengabdi” adalah kesempatan yang Tuhan berikan agar saya dapat memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan makna kehidupan yang kadang kala muncul dibenak. Menjadi Guru Pengabdi adalah pengalaman yang berbeda saat menjadi Tutor atau menjadi Guru di Sekolah Elit, dan perbedaan itulah yang menjadi jalan bagi saya untuk mengerahkan jiwa dan raga agar diri ini dapat lebih bermanfaat untuk orang lain. 

"Yang saya rasakan, menjadi seorang Guru Pengabdi bukan hanya tentang mendidik atau mentrasfer ilmu untuk anak-anak, tetapi memiliki makna yang lebih mendalam lagi, yaitu menginspirasi agar hati dan pikiran mereka bersemangat untuk melampaui batas  kemampuan mereka sehingga di masa depan nanti mereka juga dapat memberikan inspirasi untuk orang lain.

Menjadi Guru Pengabdi tidak hanya tentang tantangan saat berada di desa penempatan, tetapi tentang bagaimana cara untuk selalu bersyukur atas kehidupan yang telah dimiliki.

Menjadi seorang Guru Pengabdi bukan hanya tentang program-program kerja untuk sekolah dan masyarakat, tetapi tentang apakah program itu di buat dengan sepenuh hati serta hati dan pikiran yang ikhlas untuk orang lain. 

Suatu kebanggan bagi saya menjadi seorang Guru Pengabdi, walau begitu banyak kekurangan kemampuan yang saya miliki untuk dinobatkan menjadi seorang Guru Pengabdi tidak menyulutkan semangat saya untuk memaksimalkan diri melakukan yang terbaik untuk memajukan pendidikan di pelosok negeri khususnya di Kabupaten Muara Enim".

Sampai pada waktunya yaitu tanggal 07 Januari 2020 saat saya diresmikan menjadi seorang Guru Pengabdi di saat itulah saya menguatkan hati untuk selalu ikhlas dan tulus memberikan yang terbaik dalam diri saya untuk membantu orang lain, karena saya tahu tantangan menjadi Guru Pengabdi tidak pernah saya rasakan dikehidupan sebelumnya, dan hal itu memang nyata, saat perjalanan menuju tempat dimana saya akan mengabdi, yaitu Dusun Tenam Duduk, Babatan, Semende Darat Laut, saya harus melewati jalan yang cukup menantang.

Jalan tanah merah yang licin dan beliku-liku, apalagi jika hari hujan jalan tanah tersebut menjadi sangat licin dan untuk menuju dusun tersebut tidak ada transportasi umum. Hal yang saya rasakan saat itu tentu ada rasa takut melewati medan jalan tersebut, namun disinilah saya belajar untuk menjadi wanita tangguh, belajar mensyukuri kehidupan yang Tuhan berikan, belajar bersyukur karena masih memiliki tenaga dan kaki yang kuat melangkah berjalan. Butuh waktu sekitar satu jam dari kecamatan untuk menuju ke dusun penempatan, dan jika diguyur hujan bisa memakan waktu hingga 2,5 jam. Terlintas di benakku bahwa sungguh warga yang ada di dusun penempatan adalah orang-orang hebat.



                                   

Keesokan harinya saya pergi kesekolah, ini adalah moment yang sangat saya tunggu-tunggu yaitu melihat sekolah dan berkenalan dengan para guru dan tentunya anak-anak yang akan menjadi penyemangat hari-hariku. Langkah demi langkah pada akhirnya saya sampai di sekolah tempat saya mengabdi satu tahun kedepan, dan ternyata jarak antara tempat saya tinggal dengan sekolah tidak terlalu jauh, hanya membutuhkan waktu lima menit saja.


                             
                               

Begitulah keadaan sekolah di SD Negeri 17 Semende Darat Laut (SDL), sekolah tersebut memiliki lapangan yang sangat luas. Sekolah tersebut terdiri dari enam rombel dengan jumlah siswanya keseluruhan hanya  ada 45 siswa/i . Sekolah tersebut memiliki 5 guru, 2 guru PNS dan 3 guru Honorer. Mayoritas siswa/i SD N 17 SDL berasal dari Suku Jawa. Pertama kali berkenalan dengan anak-anak SD N 17 SDL sangat menyenangkan sekali, mereka sangat antusias menyambut kedatangan saya sebagai Bu Guru baru. Serentak mereka berlari dan bergegas menyambut tangan saya untuk bersalaman. Salah satu siswa berkata “Bu Guru Baru, nanti ngajar kelas kami ya bu, kelas kami tidak ada gurunya”. Rasanya senang sekali mendengar kalimat tersebut karena anak-anak membuat saya merasa bahwa mereka memang membutuhkan kehadiran guru untuk mengajari mereka yang haus akan ilmu. 

Hari demi hari yang saya lalui sangat menyenangkan sekali dapat menginspirasi, mengajar, dan mendidik anak-anak saat sedang di sekolah maupun diluar sekolah. Di sekolah SDN 17 SDL saya di amanahi kepala sekolah menjadi guru kelas IV SD, kelas hanya terdiri dari 7 siswa, 2 perempuan dan 5 laki-laki. Senang sekali menjadi wali kelas untuk anak-anak yang sangat semangat dan aktif. Selain mengajar disekolah, saya dan anak-anak sepakat membuat kegiatan belajar tambahan.

Kegiatan belajar tambahan tersebut kami beri nama Bimble Friendship. Jam belajar di mulai dari pukul 14.00- 14.30, banyak hal yang kami pelajari seperti belajar Calistung sampai belajar bahasa Inggris. Secara umum anak-anak SD N 17 SDL sudah bisa membaca dan berhitung, sehingga tidak sulit bagi mereka untuk mempelajari bahasa Inggris. Mereka sangat senang sekali karena mengetahui bahasa inggris aneka warna, buah-buahan, dan nama-anam hewan. Ketika melihat mereka yang sangat antusias belajar tak terasa lelah menjalani hari-hari. Belajar dan Bermain bersama anak-anak, itulah hal yang menjadi kebahagian tersendiri. 

Saya sangat menyadari bahwa begitu banyak kekurangan yang saya miliki, tetapi karena kesempatan yang Tuhan berikan kepada saya menjadi seorang Guru Pengabdi membuat saya harus terus semangat belajar, terus menguatkan hati melewati serangkaian peristiwa yang dihadapi dan semua itu untuk menjadikan diri ini lebih baik. Menjadi sosok seorang guru yang selalu mampu memberikan yang terbaik untuk anak-anak pelosok negeri yang sangat semangat dan haus akan ilmu pengetahuan.

Tidak mudah memang menjadi guru yang terbaik, tetapi menjadi guru yang ikhlas dan tulus saya rasa tidak sulit, karena rasa itu dapat tumbuh dengan sendirinya, tanpa bisa dijelaskan atau didefinisikan. Terima kasih Tuhan atas kesempatan yang telah diberikan, terima kasih atas amanah yang dipercayakan kepada saya yang begitu banyak kekurangan ini. 8 (Delapan) purnama yang tersisa saat ini akan saya manfaatkan dengan sebaik-baiknya, semoga niat awal menjadi seorang Guru Pengabdi tetap terjaga.



" Tulus Mengabdi "

Comments

Popular posts from this blog

“Apa makna sukses bagi dirimu ?”

GURU KEHIDUPAN